Selasa, 08 Maret 2016










MARI KITA SUKSESKAN PEKAN IMUNISASI NASIONAL (PIN) POLIO TAHUN 2016 MENUJU ERADIKASI POLIO DUNIA

Polio merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem saraf sehingga penderita menderita kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak umur 0-3 tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher dan sakit di tungkai dan lengan. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit polio telah dilakukan melalui gerakan imunisasi polio dan ditindaklanjuti dengan kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) kelompok umur <15 tahun dalam kurun waktu tertentu guna mencari kemungkinan adanya virus polio liar yang berkembang di masyarakat. AFP merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas dan akhirnya dapat mengakibatkan kelumpuhan.

Setelah dilaksanakan PIN polio tiga tahun berturut-turut pada tahun 1995, 1996 dan 1997, virus polio liar asli Indonesia sudah tidak ditemukan lagi sejak tahun 1996. Namun pada tanggal 13 Maret 2005 ditemukan kasus polio importasi pertama di kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Kasus polio tersebut berkembang menjadi KLB yang menyerang 305 orang dalam kurun waktu 2005 sampai awal 2006. KLB ini tersebar di 47 kabupaten/kota di 10 provinsi. Selain itu juga ditemukan 46 kasus Vaccine Derived Polio Virus (VDVP) dimana 45 kasus di antaranya terjadi di semua kabupaten di pulau Madura dan satu kasus terjadi di Probolinggo, Jawa Timur. Setelah dilakukan Outbreak Response Immunization (ORI) , dua kali mop-up, lima kali PIN dan dua kali sub-PIN, KLB (kejadian luar biasa) dapat ditanggulangi sepenuhnya.

Kasus virus polio liar (VPL) terakhir yang mengalami kelumpuhan ditemukan pada tanggal 20 Februari 2006 di Aceh Tenggara, Nanggroe Aceh Darussalam. Sejak tahun 2006 hingga sekarang tidak pernah lagi ditemukan kasus Polio.

Indonesia telah berhasil menerima sertifikasi bebas polio bersama dengan negara anggota WHO di South East Asia Region (SEAR) pada bulan Maret 2014, sementara dunia masih menunggu negara lain yang belum bebas polio yaitu Afganistan, Pakistan dan Nigeria. Untuk mempertahankan keberhasilan tersebut Indonesia akan melakukan beberapa rangkaian kegiatan yaitu Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio, penggantian vaksin trivalent Oral Polio Vaccine (tOPV) ke bivalent Oral Polio Vaccine (bOPV) dan Introduksi Inactvated Polio Vaccine (IPV).
Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio Tahun 2016 akan dilaksanakan di seluruh Indonesia. Untuk di provinsi Bali akan dilaksanakan pada tanggal 15-22 Maret 2016, dengan sasaran anak usia 0-59 bulan, termasuk untuk pendatang. Pemberian imunisasi polio dilaksanakan di Posyandu, Polindes, Poskesdes, Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Rumah Sakit serta pos pelayanan imunisasi lainnya di bawah koordinasi dinas kesehatan setempat. Pemberian imunisasi dilakukan pada semua balita tanpa melihat status imunisasinya (sudah mendapatkan imunisasi polio atau belum).

Tujuan pelaksanaan PIN Polio tahun 2016 bertujuan untuk mengurangi resiko penularan terhadap importasi virus polio tipe 2 dan VCDPV type 2, memastikan tingkat imunitas terhadap polio di populasi cukup tinggi dengan cakupan lebih atau sama dengan 95% serta memberikan perlindungan secara optimal dan merata pada kelompok umur 0-59 bulan terhadap kemungkinan munculnya kasus polio yang disebabkan oleh virus polio Sabin. Balita yang tidak datang atau belum mendapatkan imunisasi pada saat hari “H” harus dikunjungi (sweeping) dan diberikan imunisasi polio dalam kurun waktu maksimal 3 hari.

Mengingat pentingnya kegiatan PIN Polio ini, maka penting bagi kita untuk mendukung keberhasilan kegiatan ini. Bawalah balita kita ke pos pelayanan PIN Polio yang terdekat untuk mendapatkan imunisasi Polio. Dengan PIN Polio ini diharapkan pada akhir tahun 2018 penyakit polio berhasil dihapus di seluruh dunia.
(Kadek Widiastuti/Sie Promkes)









TUJUAN IMUNISASI POLIO
Imunisasi polio diberikan dengan tujuan untuk mencegah anak terjangkit penyakit polio. Penyakit polio dapat menyebabkan anak menderita kelumpuhan pada kedua kakinya dan otot-otot wajah.

Jenis imunisasi polio
Imunisasi polio ada 2 macam. Yang pertama vaksin virus polio oral. Pemberiannya diberikan dengan cara diteteskan ke mulut bayi. Vaksin jenis kedua berupa vaksin polio inactivated artinya vaksin jenis ini berisi virus polio yang sudah tidak aktif. Pemberiannya dilakukan dengan cara suntikan. Diberikan sebanyak 3 kali dengan jarak 2 bulan.

Pemberian imunisasi polio
Imunisasi polio diberikan pada bayi baru lahir sebagai dosis awal kemudian diteruskan dengan imunisasi dasar mulai umur 2-3 bulan dengan interval waktu 6-8 minggu. Biasanya diberikan bersamaan dengan imunisasi DPTkarena jadwalnya yang bersamaan. Bila pada pemberian imunisasi polio yang diteteskan bayi muntah dalam waktu 10 menit maka pemberiannya harus diulang.

Yang harus diperhatikan setelah imunisasi polio
Setelah anak mendapat imunisasi polio maka pada tinja si anak akan terdapat virus polio selama 6 minggu sejak pemberian imunisasi. Karena itu, untuk mereka yang berhubungan dengan bayi yang baru saja diimunisasi polio supaya menjaga kebersihan dengan mencuci tangan setelah mengganti popok bayi.

Imunisasi polio booster
Imunisasi polio booster(ulangan/penguat) harus dberikan sebelum masuk sekolah yaitu bersamaan dengan imunisasi booster DPT. Lihat jadwal imunisasi.

Efek samping imunisasi polio
Diperkirakan terdapat 1 kasus polio berkaitan dengan imunisasi polio terjadi setiap 2,5 juta dosis OPV yang diberikan. Hal ini tidak cukup menjadi alasan untuk mengadakan perubahan terhadap kebijakan pemberian imunisasi polio karena imunisasi polio terbukti sangat berguna bagi kesehatan anak.
Sebagian kecil anak setelah imunisasi dapat mengalami gejala pusing, diare ringan, nyeri otot.

Kapan anak tidak boleh diberikan imunisasi polio?
§ Anak demam tinggi diatas 38,5oC.
§ Anak sedang diare atau muntah
§ Anak yang sedang mendapat pengobatan obat yang menurunkan kekebalan tubuh
§ Anak yang menderita kanker atau penyakit hipogamaglobulin
§ Anak yang mempunyai riwayat alergi neomisin, polimiksin dan streptomisin.











PROSENTASE BALITA YANG MENGIKUTI IMUNISASI POLIO
DESA JATIWANGI KECAMATAN JATIWANGI
KABUPATEN MAJALENGKA
TAHUN 2016

BLOK
SASARAN
DIIMUNISASI
TIDAK DIIMUNISASI
PROSENTASE
AHAD
79
75
4
94,94
SELASA
44
40
4
90,91
RABU
87
86
1
98,85
JUM’AT
90
85
5
94,44
SABTU
51
50
1
98,04
JUMLAH
351
336
15
95,73